Sabtu, 11 Januari 2014

Gelombang Ketiga, Kado Manis di Tahun 2014 (opini)


           Tahun Baru 2014 merupakan tahun yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Mengapa? Karena di tahun inilah Indonesia akan melaksanakan sebuah “hajatan akbar” dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia yaitu Pemilihan Umum 2014. Disebut sebuah “hajatan akbar” karena Pemilu ini merupakan titik balik (turning point) yang akan menentukan jalannya sejarah bangsa Indonesia 5 tahun ke depan, atau bahkan 50 tahun ke depan. Pemilu 2014 ini penting bukan hanya karena itu menandakan pergeseran kekuasaan dalam pemerintahan, tetapi juga karena berfungsi sebagai momentum untuk gelombang ketiga sejarah Indonesia.

            Mungkin Anda bertanya-tanya apakah itu gelombang ketiga? Gelombang ketiga ialah peralihan generasi yang akan memegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa, atau saya meminjam kalimat dari Presiden PKS Anis Matta yaitu generasi muda yang berusia di bawah 45 tahun akan memimpin bangsa ini. Gelombang ketiga ini akan menggantikan gelombang kedua atau generasi tua yang selama ini memegang tongkat kepemimpinan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Saya pun juga sempat berpikiran seperti itu. Namun, jika kita kaji lebih jauh, gelombang ketiga ini merupakan unsur terbesar dalam komposisi demografi yang ada di negeri kita ini. Karena, dalam pemilu 2014 nanti pemilih pemula mayoritas berumur 18-21 tahun atau dengan kata lain lahir pada tahun 1992-1997.

            Selain itu, terdapat banyak ciri-ciri lain dari gelombang ketiga ini, yaitu kelas menengah yang berpendidikan cukup tinggi dan kesejahteraan yang membaik. Kelas menengah yang berpendidikan cukup tinggi maksudnya ialah banyaknya kaum muda yang berasal dari kelas menengah yang memperoleh pendidikan minimal S-1, hal ini dapat kita lihat dengan makin banyaknya kaum muda kelas menengah yang memasuki bangku kuliah jika kita bandingkan dengan keadaan 10 atau bahkan 20 tahun yang lalu. Hal ini telah membuktikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia cukup membaik, jika kita tidak mau mengatakannya sangat baik. Generasi ini juga merupakan generasi asli demokrasi atau native democracy generasi yang hanya mengalami demokrasi. Mereka tidak pergi melalui Orde Baru ke era Reformasi. Mereka menganggap demokrasi sebagai sesuatu yang diberikan dan bukan sesuatu yang dicapai melalui perjuangan berdarah. Selanjutnya, untuk kelompok ini, kekacauan politik bisa memberi makan ke dalam rasa apatisnya terhadap demokrasi. Karena ini merupakan gelombang baru yang lahir oleh perubahan demografi. Oleh karena itu, orientasi terhadap kemanusiaan sebagai puncak mind set generasi ini.

Tidak harus ada lagi perbedaan antara negara dan masyarakat sipil. Negara harus kembali ke definisi inti sebagai organisasi sosial untuk menciptakan ketertiban. Konsolidasi sosial akan membantu pertumbuhan masyarakat. Negara ini kemudian diuji kapasitasnya: Dapatkah negara berhasil memberikan perannya? Otoritas negara tidak lagi relevan jika kapasitasnya untuk fungsi tersebut tidak memenuhi harapan ini mayoritas baru. Oleh karena itu, saya percaya, untuk mengatasi masalah ini kita perlu pendekatan kepemimpinan baru.


Pemilu 2014 tidak hanya akan mengakomodasi pergeseran kekuatan, tetapi juga pergeseran masuk gelombang sejarah baru. Sebuah pergeseran kekuatan hal yang lumrah dalam demokrasi. Namun, apa yang lebih mendesak dan penting sekarang adalah memahami apa artinya perubabahan gelombang ini bagi kita sebagai sebuah bangsa. Artinya, apa yang saya percaya tentang ini, kita harus benar-benar menggali dan mendiskusikan sekarang. Jadi, selamat tahun baru dan selamat menkmati kado ini. (Ida Ayu Putu Novinasari)

ilustrasi 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar